"Janganlah menjadi kodak!" begitu kata Yuswohady di website brand gardener. Kalau diingat berita beberapa waktu silam bahwa akhirnya kodak menyatakan gulung tikar karena tidak bisa bertahan di era digital ini. Nokia yang kewalahan dengan symbiannya lalu berkompromi dengan windows namun belum terlihat ada hasilnya. Tulisan diatas memang sangat benar menurut saya, karena tidak bisa membaca perubahan sama saja diam ditempat saat dikubur oleh brand-brand lain. Ambil contoh brand converse yang seharusnya mereka adalah brand yang mapan tetapi lebih memilih untuk tetap bergerak melakukan inovasi dan mengikuti trend yang sedang terjadi di lingkungan konsumennya. Ada 3 hal kreatif yang menjadi momok bagi brand - brand yang merasa sudah mapan dan tidak ingin berinovasi.
1. Customers are connected
Sebenarnya sejak jaman orang tua saya, saya sudah mendengar hal ini dengan istilah getok tular. Yep setiap orang memiliki testimoni tersendiri terhadap suatu brand, meskipun testimoni itu hanya dia dengar / baca dari media maupun cuman sekilas dengar orang lagi ngobrol. Namun bedanya saat ini ritual getok tular itu bisa dilakukan hanya dengan hitungan detik saja berkat bantuan era digital. Kita hanya perlu menuliskan di akun social seperti twitter atau facebook paling tidak orang di sekitar kita pasti akan mengetahuinya tanpa harus kita melakukan usaha untuk membacanya. Mereka perlu sedikit berkonsentrasi dalam hal ini, meskipun tidak perlu membuat satu divisi customer service yang kompleks. Cukup dengan satu akun social yang aktif merespon segala testimoni dari customer sangat membantu di era digital ini.
2. Consumption becomes collaborative
Karena customer sudah saling berhubungan ada kemungkinan mereka untuk melakukan sharing baik dalam penggunaan suatu produk maupun jasa. Seperti contohnya Zipcar yang menawarkan car sharing. Mungkin kalo di Indonesia seperti rental - rental mobil, tapi zipcar bisa digunakan perjam, perbulan ataupun untuk tahunan. Dan zipcar memiliki tempat parkir yang tersebar hampir di seluruh tempat di amerika. Jadi kalo kita lebih nyaman menggunakan angkutan umum atau angkot dalm kegiatan sehari - hari, tapi pada suatu waktu butuh mobil untuk beraktifitas hanya beberapa saat, tinggal cari mobil terdekat dari lokasi kita via aplikasi android / iPhone langsung kita bisa menggunakan. Sangat mengurangi kemacetan, polusi dan tentunya praktis sekali.
3. Bits is the killer app.
Era digital sudah tidak bisa dihindari lagi, semuanya telah bertransformasi dari atom menjadi bits. Atau istilah populernya dari analog menjadi digital. Seperti halnya kamera film, mungkin para penggemar kamera film masih menggunakannya karena alasan 'feel' atau mereka yang skeptis dengan keberadaan kamera digital. Tapi kalau hanya ingin mengejar tampilan visual kamera film, tidak perlu susah - susah dengan kamera film, coba saja aplikasi dari VSCO (Visual Supply). Kalo buat saya sih tone warna yang warm dan grainy itu sudah cukup terkejar oleh aplikasi ini. Toh pada akhirnya kita publish fotonya ke media digital, sangat tidak praktis kalo harus cuci-scan dulu. Langsung edit via iPhone dan upload ke photo sharing seperti flickr dan instagram juga bisa. Atau mungkin kalau di dunia rekaman musik cara merekam analog yang mulai ditinggalkan dan berganti kepada VST (Virtual Studio Technology). Contohnya saja saat merekam track drum dengan kesan vintage ke 'beatles - beatlesan' membutuhkan sebuah ruangan dengan akustik sangat baik, drum berharga puluhan juta, dan tentunya microphone plus alat rekam yang berharga ratusan juta. Mungkin ini berlaku 10thn silam saat dimana teknologi VST belum sesempurna sekarang. Sekarang Untuk melakukannya hanya membutuhkan sebuah PC / Laptop dan sebuah VST Abbey Road 60s drum. Karena kembali lagi kita hidup di era digital, semuanya akan kembali ke bentuk digital.
Bagaimana apakah kalian sudah siap menghadap 3 hal ini?
Source: http://brandgardener.net/yuswohady-janganlah-menjadi-kodak.html
Getok Tular |
Sebenarnya sejak jaman orang tua saya, saya sudah mendengar hal ini dengan istilah getok tular. Yep setiap orang memiliki testimoni tersendiri terhadap suatu brand, meskipun testimoni itu hanya dia dengar / baca dari media maupun cuman sekilas dengar orang lagi ngobrol. Namun bedanya saat ini ritual getok tular itu bisa dilakukan hanya dengan hitungan detik saja berkat bantuan era digital. Kita hanya perlu menuliskan di akun social seperti twitter atau facebook paling tidak orang di sekitar kita pasti akan mengetahuinya tanpa harus kita melakukan usaha untuk membacanya. Mereka perlu sedikit berkonsentrasi dalam hal ini, meskipun tidak perlu membuat satu divisi customer service yang kompleks. Cukup dengan satu akun social yang aktif merespon segala testimoni dari customer sangat membantu di era digital ini.
2. Consumption becomes collaborative
Karena customer sudah saling berhubungan ada kemungkinan mereka untuk melakukan sharing baik dalam penggunaan suatu produk maupun jasa. Seperti contohnya Zipcar yang menawarkan car sharing. Mungkin kalo di Indonesia seperti rental - rental mobil, tapi zipcar bisa digunakan perjam, perbulan ataupun untuk tahunan. Dan zipcar memiliki tempat parkir yang tersebar hampir di seluruh tempat di amerika. Jadi kalo kita lebih nyaman menggunakan angkutan umum atau angkot dalm kegiatan sehari - hari, tapi pada suatu waktu butuh mobil untuk beraktifitas hanya beberapa saat, tinggal cari mobil terdekat dari lokasi kita via aplikasi android / iPhone langsung kita bisa menggunakan. Sangat mengurangi kemacetan, polusi dan tentunya praktis sekali.
VSCO on iPhone |
Era digital sudah tidak bisa dihindari lagi, semuanya telah bertransformasi dari atom menjadi bits. Atau istilah populernya dari analog menjadi digital. Seperti halnya kamera film, mungkin para penggemar kamera film masih menggunakannya karena alasan 'feel' atau mereka yang skeptis dengan keberadaan kamera digital. Tapi kalau hanya ingin mengejar tampilan visual kamera film, tidak perlu susah - susah dengan kamera film, coba saja aplikasi dari VSCO (Visual Supply). Kalo buat saya sih tone warna yang warm dan grainy itu sudah cukup terkejar oleh aplikasi ini. Toh pada akhirnya kita publish fotonya ke media digital, sangat tidak praktis kalo harus cuci-scan dulu. Langsung edit via iPhone dan upload ke photo sharing seperti flickr dan instagram juga bisa. Atau mungkin kalau di dunia rekaman musik cara merekam analog yang mulai ditinggalkan dan berganti kepada VST (Virtual Studio Technology). Contohnya saja saat merekam track drum dengan kesan vintage ke 'beatles - beatlesan' membutuhkan sebuah ruangan dengan akustik sangat baik, drum berharga puluhan juta, dan tentunya microphone plus alat rekam yang berharga ratusan juta. Mungkin ini berlaku 10thn silam saat dimana teknologi VST belum sesempurna sekarang. Sekarang Untuk melakukannya hanya membutuhkan sebuah PC / Laptop dan sebuah VST Abbey Road 60s drum. Karena kembali lagi kita hidup di era digital, semuanya akan kembali ke bentuk digital.
Bagaimana apakah kalian sudah siap menghadap 3 hal ini?
Source: http://brandgardener.net/yuswohady-janganlah-menjadi-kodak.html
No comments:
Post a Comment