Thursday, June 21, 2012

[History] In My Merry Oldsmobile

“It’s ev’ry Sunday morning when I am by your side
We’ll jump into the Wagon and all take a ride
Wait for the Wagon, Wait for the Wagon
Studebaker’s Wagon and we’ll take a ride”


Jika bertanya siapa brand yang pertama kali melakukan music branding mungkin sangat susah sekali ditemukan. Tetapi berikut ada artikel menarik yang menyatakan bahwa yang pertamakali melakukannya adalah studbarker wagon. Lagu Wait fo the wagon ditulis pertamakali pada tahun 1850, bercerita untuk memuji produk studbaker pada saat itu, dan pada akhirnya digunakan untuk berpromosi mereka. Lagu ini dirilis berulang kali dengan macam - macam versi dan beberapa diantaranya tidak menyebutkan kata studbaker ini. Namun sayangnya tidak terdokumentasi dengan baik sehingga saat ini sangat susah untuk mencari versi asli dari lagu ini. Namun setelah 20tahun kemudian General Motors turut serta melakukan hal yang sama seprti studbaker. Untuk produk Oldsmobile mereka membuat iklan yang katanya kurang lebih sama persis dengan judul In My Merry Oldsmobile. Iklan ini dengan gaya kartun fleischer, dirilis tahun pada tahun 1931. Berikut iklan tv Oldsmobile.


http://www.musicandbranding.com/first-instance-of-music-branding/

[Review] Buick: One from the road

Buick merupakan mobil mewah modern asal amerika serikat yang turut serta mengaitkan music branding denga dunia otomotif. Beberapa waktu silam buick berkerja sama dengan band asal long beach, california Hellogoodbye. Hellogoodbye terbentuk pada tahun 2002 dan telah berhasil untuk mengembangkan musiknya menjadi lebih dewasa ala indie pop music. Dalam aktivitas bermusiknya Hellogoodbye diberi kesempatan untuk membuat sebuah video-documentary selama 2 hari yang meliput kegiatan menulis musik untuk album terbarunya. Lagu berjudul one from the road seperti secara kebetulan ditulis oleh mereka khusus untuk buick. Di video documentary ini seperti berusaha menggabungkan sisi kemewahan dari interior buick dengan gaya indie pop Hellogoodbye. Sebelum video documenter ini dirilis, mereka mengupload beberapa video teaser untuk membuat penasaran para fans Hellogoodbye. Kalau penasaran langsung saja tengok videonya berikut.


Wednesday, June 20, 2012

[Feature] Tracking Indonesia Conversation

Era digital sangat dekat dengan kita, hampir semua orang menggunakan media ini untuk melakukan promosi atau hanya sekadar bertukar pikiran. Kehadiran social network seperti twitter dan facebook menimbulkan format baru antar manusia berinteraksi. Karena maik banyak yang menggunakannya para brand ini seperti tidak ingin melewatkan trend media satu ini. Akhirnya semua brand berbondong-bondong untuk membuat akun social network guna membangun citra di era digital ini. Bagi mereka brand besar pasti mengalokasikan budget yang cukup besar demi membangun branding di dunia offline yang mengangkat aktivitas di dunia online. Karena menurut pengamatan saya karakteristik orang - orang yang menggunakan social network ini cenderung menuliskan apa saja yang terjadi disekitarnya. Untuk brand denga low budget tidak kehabisan akal juga, mereka cukup mengajak teman - teman sekitarnya untuk membantu meretweet saja sudah cukup. Atau yang lebih cerdik bisa menggunakan konten - konten yang digarap secara baik dan di share yang bisa juga berguna bagi orang lain. Selain berpromosi sekaligus berbagi.

Setelah itu semua dilaksanakan tapi penjualan yang belum melonjak juga tuh. Apa budget yang ekluar kurang besar ya? atau kontennya kurang menarik? Atau memang promosi via digital ini masih belum tepat ya? Eits tunggu dulu, jangan asal bilang media digital ini gak tepat dong. Coba diukur dulu sejauh ini orang - orang ada yang tertarik sama brand kita tidak? Cara paling mudah si dengan fitur search yang ada twitter client. Tapi kalo mau merangkum semua percakapan yang ada di beberapa akun social net ini gimana dong? Tenang saja ada SX Indeks yang sangat jitu dalam melacak percakapan yang terjadi di dunia digital ini.

SX indeks adalah tool milik salingsilang.com. Diketahui saling silang merupakan situs yang menyebar perbincangan menarik dan menjadi trending topic di media sosial di indonesia. Terus apa fungsi SX indeks ini? Tool ini memiliki fitur yang dapat membuat rencana campaign sekaligus evaluasi hasilnya. Selain itu tool ini menyediakan fitur customer feedback, yang bisa menjaring keluh kesah konsumen di dunia digital. Yang paling menarik dari tool ini adalah fitur customer insight and behaviour. Secara instan kita bisa mengetahui perilaku dari konsumen hingga kebetuhan mereka, dengan satu klik dan semua data tersaji dalam bentuk pdf. Secara instan tools ini menjawab 3 dari 7 langkah yang pernah saya tuliskan sebelumnya. Sayangnya tools ini tidak gratis, sehingga bagi kita yang masih coba - coba tidak disarankan untuk menggunakannya.

[Interview] Gannery Atmajaya

Posting kali ini mari berkenalan dengan dedengkot musik rock surabaya. Meskipun umurnya masih sangat muda, tapi dia sudah bisa bangkittin musik rock surabaya lho. Langsung saja kita ngobrolnya.

Q: Hai gan, silahkan perkenalkan diri sama teman -teman pembaca.
A: Hai, saya gangan, drummer mmih, dan owner gannery eventaintment.

Q: Mulai dr kapan sih suka main musik sampe akhirnya memutuskan untuk main musik secara penuh seperti sekarang?
A: Kalo mulai belajar musik udah dari kecil dulu sih. Tapi kalo mulai main band serius ya waktu sma bareng MMIH yang sampe sekrang udah jalan 3 tahun lebih.

Q: Musik ini buat kamu seperti apa sih pengaruhnya?
A: Musik ini seperti ekspresi raut wajah. Jadi ya bisa gambarin mood seseorang.

Q: Bagaimana menurut kamu perkembangan musik di indonesia khususnya surabaya sendiri?
A: Surabaya dulu sempet rame banget gigs musiknya, banyak acara acara2 kecil di cafe2 ato di garasi rumah gitu dengan alat seadanya. Sempet menurun dan sekarang bakal naik lagi soalnya ada acara rock on surabaya. haha

Q: Oh, iya boleh dicritakan sedikit tentang acara rock on surabayanya
A: Rock on surabaya ini rencananya acara tahunan musik2 rock asli surabaya dengan event sekala besar. Jadi aku pingin surabaya dilihat potensi musisi mudanya. Untuk acara tahun ini bakal banyak bangt yang main, mulai dari band rock lawas2 sekelas plester x sampe band yang masa kini banget kayak MMIH, sama BAFT. Dateng yah semua temen2.

Q: Menurut kamu penting nggak sih sebuah band memiliki sebuah branding tersendiri?
A: Sebenernya baru tau ini kalo band itu ada istilah branding. Mungkin yang aku tangkep ini seperti bikin image tersendiri gitu ya? kalo itu pasti penting banget, soalnya musiknya keren banget tapi tampilannya standar aja gitu pasti ya pada males liatnya. Endorsan juga pada males padahal musiknya udah keren banget.

Q: Pertanyaan terakhir nih, apa pesan - pesan buat musik surabaya?
A: Gak usah mengkotak2an musik rek, kita sama2 arek suroboyonya kalo bisa bersatu pasti rame lagi musik suroboyo iki.

terimakasih sekian interview bersama dedengkot muda musik rock surabaya.

Monday, June 18, 2012

[Feature] Datsun is back!

Tahun 2014 yang akan datang, Nissan Motor Co ingin membuat kendaraan Low Cost Green Car di 3 negara indonesia, Rusia, dan india. Namun Nissan tidak akan menggunakan brandnya, melainkan menggunakan sub-brandnya Datsun. Dengan pertimbangan agar tidak mengganggu branding dari Nissan yang sudah mapan dikelas menengah. Diketahui bahwan datsun adalah anak perusahaan Nissan, untuk pasar amerika. Sebenarnya aroma ini tercium saat saya menonton Transformer 3, terlihat mobil datsun 510 milik sam witwicky. Setelah browsing sana sini ternyata benar 2 tahun lagi datsun akan kembali dan beruntungnya indonesia menjadi salah satu tempat lahirnya. Nissan menginvestasi US$400 untuk pembuatan pabrik dan outlet tersebar di 70 lokasi. Rencananya datsun yang akan diproduksi nanti bukan mengadopsi spirit fairlady 240z ataupun bluebird, melainkan seri yang lebih lawas sedan era pertengahan 1950 atau bahkan roadster era 1930. Datsun sendiri cukup ngetop karena sering muncul di berbagai film tahun 70an, hingga pada tahun 1983 dimatikan oleh Nissan Motor Co dengan alasan rebranding. Saya disini tidak ingin bercerita tentang  sejarah datsun lebih panjang terlebih rebranding Nissan, silahkan googling saja kalau tertarik. :)

Datsun 510
Saat pertamakali mendengar kata Datsun, satu hal yang terbayangkan adalah mobilnya rocker. Karena yang pertama kali terlintas adalah nama quartet-modern-led-zep The Datsuns. hahaha Memang tidak ada korelasi diantara mereka tapi mungkin karena nama mereka mirip jadi inilah yang saya ingat. Mungkin seperti motor vespa yang identik sama anak mods. Berangkat dari situ, saya berandai - andai "Gimana kalo datsun masuk kembali dengan music branding?". Segmentasi market yang Low Budget saya rasa cocok juga dengan konsep music branding yang youth-rock-rebel-personalitas-kebutuhan ramah lingkungan. Music yang cocok yang tentu saja yang sangat led-zep, bisa jadi ya The Sigit! Selain musicnya yang nge-rock grup band ini juga pernah tur di amerika, jadi bisa dibilang band indie level internasional. Untuk jangkauan nasional jangan khawatir, stasiun tv one memiliki acara musik non- mainstream Radioshow yang di hampir tiap episodenya meraih trending topic di twitter. Saat brand activation cukup menggelar tour the sigit di 7 kota besar. Buzz marketing bisa melalui personal twitter the sigit yang menceritakan passionnya terhadap datsun. Paling nggak saya pasti ngiler liat datsun baru itu. hehe

Ya inilah ngayal saya saat sebelum tidur, jadi ya tanpa riset cuman dari hasil pengamatan saya saja sebelum tidur. Kalo khayalan kalian gimana?  :D

Source: http://bit.ly/KfVVNNhttp://bit.ly/MJdNRt

[Review] How Slank Are You?

Slanker Bendera
Pernah memperhatikan para penonton acara musik membawa bendera Slank & O!? haha ya mungkin setiap acara musik yang dilakukan diluar ruangan pasti akan ada yang membawa bendera tersebut, dan mereka dengan sukarela membuat, membawa, tentu saja mengibarkan benderanya. Inilah salah satu contoh Fans atau brand loyalty. Rupanya Slank cukup memperhatikan brandingnya, mulai dari musik, fashion style, hingga cara berkomunikasi mereka yang sangat khas. Terlebih dari itu Slank cukup peduli dengan fansnya dan mereka cukup tahun siapa saja mereka. Bukan mengenal secara persoal satu persatu, karena itu hal yang sangat mustahil. Hampir semua anak muda, laki / perempuan yang hidup di era 90an pasti suka dengan mereka, paling tidak menghafal reff salah lagunya. Slank mengetahui persis bahwa fansnya sangat beragam, mulai dari anak desa hingga para eksekutif muda yang cukup berkantong tebal. Dengan cerdik Slank tidak menyamaratakan fansnya ini karena cara berkomunikasi mereka pasti berbeda dan kemungkinan untuk datang ke konser slank pun berbeda. Para Slankers (sebutan fans slank) ini secara segmentasi dibagi 2 macam, yang pertama mereka disebut Slankers bendera. Slankers bendera adalah mereka yang sering datang ke konser Slank membawa bendera, berdompet cekak, dan die hard fans. Yang kedua adalah Slank wangi. hahaha Slank wangi adalah mereka para fans premium slank, berduit banyak, berdandan rapih dan juga wangi.

Konser I Slank You: The Journey of The Blue Island

Mereka memahami betul karakteristik masing - masing slankersnya itu. Contohnya Slanker bendera, mereka cenderung untuk datang ke konser yang gratisan, kalaupun konsernya itu berbayar pasti mereka mencari cara untuk masuk secara gratis. Namun loyalitas mereka sangat tinggi, hingga sebuah pertandingan sepak bola pun mereka tetap membawa bendera slank versi tim dukungan mereka. Untuk Slanker wangi, mereka ini yang memiliki kantong cukup tebal sehingga bisa membeli CD dan tak sungkan - sungkan membeli tiket seharga jutaan rupiah. Mereka rela membayar tiket mahal untuk melihat pertunjukan slank sama liarnya dengan konser slank biasanya namun deng suasana nyaman dan tidak berdesak - desakan. Buktinya adalah mereka menggelar konser I Slank You: The Journey of The Blue island di sebuah hotel bintang lima Ritz Carlton. Karena digelar disebuah hotel mewah bisa ditebak harga tiketnya yang diamond dijual seharga 2juta rupiah! Hotel Ritz Carlton pun mendadak menjadi sebuah tempat karaoke masif namun dengan suasana lenggang dan nyaman layaknya sebuah Hall Hotel Bintang Lima.

Jadi How Slank Are You?

[Feature] 3 Creative Destruction

"Janganlah menjadi kodak!" begitu kata Yuswohady di website brand gardener. Kalau diingat berita beberapa waktu silam bahwa akhirnya kodak menyatakan gulung tikar karena tidak bisa bertahan di era digital ini. Nokia yang kewalahan dengan symbiannya lalu berkompromi dengan windows namun belum terlihat ada hasilnya. Tulisan diatas memang sangat benar menurut saya, karena tidak bisa membaca perubahan sama saja diam ditempat saat dikubur oleh brand-brand lain. Ambil contoh brand converse yang seharusnya mereka adalah brand yang mapan tetapi lebih memilih untuk tetap bergerak melakukan inovasi dan mengikuti trend yang sedang terjadi di lingkungan konsumennya. Ada 3 hal kreatif yang menjadi momok bagi brand - brand yang merasa sudah mapan dan tidak ingin berinovasi.

Getok Tular
1. Customers are connected
Sebenarnya sejak jaman orang tua saya, saya sudah mendengar hal ini dengan istilah getok tular. Yep setiap orang memiliki testimoni tersendiri terhadap suatu brand, meskipun testimoni itu hanya dia dengar / baca dari media maupun cuman sekilas dengar orang lagi ngobrol. Namun bedanya saat ini ritual getok tular itu bisa dilakukan hanya dengan hitungan detik saja berkat bantuan era digital. Kita hanya perlu menuliskan di akun social seperti twitter atau facebook paling tidak orang di sekitar kita pasti akan mengetahuinya tanpa harus kita melakukan usaha untuk membacanya. Mereka perlu sedikit berkonsentrasi dalam hal ini, meskipun tidak perlu membuat satu divisi customer service yang kompleks. Cukup dengan satu akun social yang aktif merespon segala testimoni dari customer sangat membantu di era digital ini.


2. Consumption becomes collaborative
Karena customer sudah saling berhubungan ada kemungkinan mereka untuk melakukan sharing baik dalam penggunaan suatu produk maupun jasa. Seperti contohnya Zipcar yang menawarkan car sharing. Mungkin kalo di Indonesia seperti rental - rental mobil, tapi zipcar bisa digunakan perjam, perbulan ataupun untuk tahunan. Dan zipcar memiliki tempat parkir yang tersebar hampir di seluruh tempat di amerika. Jadi kalo kita lebih nyaman menggunakan angkutan umum atau angkot dalm kegiatan sehari - hari, tapi pada suatu waktu butuh mobil untuk beraktifitas hanya beberapa saat, tinggal cari mobil terdekat dari lokasi kita via aplikasi android / iPhone langsung kita bisa menggunakan. Sangat mengurangi kemacetan, polusi dan tentunya praktis sekali.

VSCO on iPhone
3. Bits is the killer app.
Era digital sudah tidak bisa dihindari lagi, semuanya telah bertransformasi dari atom menjadi bits. Atau istilah populernya dari analog menjadi digital. Seperti halnya kamera film, mungkin para penggemar kamera film masih menggunakannya karena alasan 'feel' atau mereka yang skeptis dengan keberadaan kamera digital. Tapi kalau hanya ingin mengejar tampilan visual kamera film, tidak perlu susah - susah dengan kamera film, coba saja aplikasi dari VSCO (Visual Supply). Kalo buat saya sih tone warna yang warm dan grainy itu sudah cukup terkejar oleh aplikasi ini. Toh pada akhirnya kita publish fotonya ke media digital, sangat tidak praktis kalo harus cuci-scan dulu. Langsung edit via iPhone dan upload ke photo sharing seperti flickr dan instagram juga bisa. Atau mungkin kalau di dunia rekaman musik cara merekam analog yang mulai ditinggalkan dan berganti kepada VST (Virtual Studio Technology). Contohnya saja saat merekam track drum dengan kesan vintage ke 'beatles - beatlesan' membutuhkan sebuah ruangan dengan akustik sangat baik, drum berharga puluhan juta, dan tentunya microphone plus alat rekam yang berharga ratusan juta. Mungkin ini berlaku 10thn silam saat dimana teknologi VST belum sesempurna sekarang. Sekarang Untuk melakukannya hanya membutuhkan sebuah PC / Laptop dan sebuah VST Abbey Road 60s drum. Karena kembali lagi kita hidup di era digital, semuanya akan kembali ke bentuk digital.

Bagaimana apakah kalian sudah siap menghadap 3 hal ini?

Source: http://brandgardener.net/yuswohady-janganlah-menjadi-kodak.html

Sunday, June 17, 2012

[Feature] 7 steps to build music branding

Setelah membaca - baca tentang Music branding, apakah sudah memiliki sedikit gambaran bagaimana bentuk dan wujudnya? Mungkin teman - teman yang punya brand atau grup musik yang sedang ingin mencoba, ini ada sedikit tips dari cult-branding.com yang akan saya share dan nantinya akan saya coba sedikit jelaskan dengan gaya bahasa saya sendiri. Semoga menginspirasi!

Jadi menurut cult-branding.com ada 7 tahapan yang perlu dilakukan untuk memulai music branding. Sebenarnya tips ini ditunjukkan untuk membuat cult-branding tapi menurut saya sedikit kurang bisa diaplikasikan.

Step 1: Determine where you are now.
Step 2: Discover your brand lover.
Step 3: Understand your brand lovers human need
Step 4: Address your key touch point.
Step 5: Translate your idea into creative communication.
Step 6: Train your organization.
Step 7: Put your knowledge to work.

Source: http://www.cult-branding.com/cult-branding-workbook/

[Feature] Motion City Soundtrack

Motion City Soundtrack
Postingan kali ini sedikit bergeser tidak membahas tentang brand dulu, karena temanya Music Branding jadi kurang afdol kalo nggak bahas tentang musisi / bandnya itu sendiri. Yuk mari kita tengok band asal minneapolis, minnesota ini. Motion City Soundtrack terbentuk pada tahun 1997 dan baru saja merilis album ke 5. Band ini sedikit banyak menjadi influence musik - musik era power pop di indonesia pada tahun 2006 - 2007 silam. Yang unik dari band ini, selain namanya yang catchy musiknya juga sedikit berbeda dengan menambahkan unsur synth moog yang memiliki suara sangat khas. Meskipun sebelumnya ada beberapa band seperti the get up kids yang mengusung instrument synth pada musik pop punk tapi menurut saya Motion City Soundtrack inilah yang paling sukses meramu resepnya. Di album ke 4 "My Dinosaur life" mereka pindah label dari Epitaph menjadi Columbia records dan berkerjasama dengan Mark Hoppus sebagai produser.


Motion City Soundtrack juga pernah ikut dalam Converse Rubber Tracks yang pernah saya bahas di postingan sebelumnya. Mereka merekam lagu "True Romance" dari album ke 5 mereka, dengan aransemen musik yang sedikit berbeda dengan sound syhtesis yang banyak. Lagu ini bisa di donlod secara gratis di sini. Album ke 5 mereka akhirnya dirilis pada hari ulang tahun saya! hahaha Kado yang sangat menyenangkan dari Motion City Soundtrack. Langsung saja kunjungi websitenya kalo penasaran.

Thursday, June 14, 2012

[Review] Tak Sekedar Alas Kaki

Vans Half Cab

Setelah beberapa waktu silam membahas tentang vans warped tour, ada baiknya sedikit mengenal tentang brand apa yang berada dibalik acara termahsyur di amerika serikat ini. Vans berdiri pada tanggal 1 maret 1966 dengan nama Van Doren Rubber Company di Southern California. Awalnya Paul van doren muda berkerja di sebuah pabrik sepatu Randy's sebagai buruh. Karena keuletannya dalam bekerja hingga akhirnya Paul van doren menjadi Vice president Randy's Shoes. Setelah merasa memiliki cukup ilmu dalam dunia sepatu vulcanized, paul van doren membuat perusahaan sepatu sendiri bersama sahabat dan adiknya. Saat itu hanya ada 3 brand sepatu vulcanized, yaitu Randy's, Keds, dan Converse. Konsep awal brand vans adalah 'custom shoes', karena pada awalnya vans membuatkan sepatu hanya berdasarkan pesanan konsumen. Brand Vans semakin melesat saat sepatu vans checkboard keluar, hingga diangkat di beberapa film holywood. Pada tahun 80an vans pernah mengalami kebangkrutan, memiliki hutang sebesar $11juta - $12juta kepada para vendor bahan sepatu mereka. Kebangkrutan ini disebabkan oleh Jim van doren (adik paul van doren) yang saat itu menjabat sebagai vice president, membuat produk sepatu selain jenis keds. Jim ingin mengembangkan pasar Vans lebih luas dan menyaingi brand nike, adidas, reebok, dan puma yang sudah jauh memimpin pasar sepatu ini. Namun hal itu malah membuat vans menjadi bangkrut karena cost produksi yang tinggi dan pasar tidak terlalu suka dengan produk tersebut. Hingga pada tahun 1988 hak kepemilikan perusahaan vans dibeli oleh McConval-Deluit Corp seharga $75juta. Setelah kontrak dengan McConval-Deluit habis pada tahun 90an, Vans dibeli oleh VFcorp sebuah perusahaan yang sangat concern dengan "Youth Culture" seperti bilabong, quicksilver, dll. Inilah dimana vans membangun music brandingnya, setelah semua urusan intern telah terkendali VFcorp.

Vans Warped Tour 2012 Compilation

Vans yang awalnya merupakan sepatu custom, tidak terlalu memikirkan bagaimana strategi brandingnya. Tetapi ketika Paul Van Doren melihat bahwa kegiatan skateboard di Southern California ini sangat erat hubungannya dengan dunia musik. Setiap kompetisi skateboard pasti menyisipkan pertunjukan musik yang meningkatkan semangat dan adrenalin para peserta. Paul Van Doren mendapat tawaran dari Kevin Lyman (owner 4FINI) untuk membuat sebuah festival kompetisi skateboard dan acara musik terbesar di California saat itu. Pucuk dicinta ulam pun tiba, pihak Vans langsung saja mengiyakan menggelar festival ini, setelah beberapa tahun berjalan event ini menjadi semakin besar dan menjadi bagian dari Music Culture saat itu di California. Mungkin kalau di Inggris bisa di ibaratkan dengan sepatu Doc Mart. Branding dari vans ini menjadi benchmark banyak brand yang akan melakukan music branding.

Kevin Lyman

Tuesday, June 12, 2012

[review] Brand Indonesia Yang Bersuara

Logo Crooz Cloth & Peter Says Denim
Apakah anda pernah mendengar kedua nama tersebut? Atau anda pernah melihat anak - anak remaja menggunakan produk berlogo ini? Jika anda googling nama ini anda mungkin akan menemukan sebuah website yang berisi lookbook dengan model band alt rock seperti august burn red, go radio yep pasti anda mengira ini adalah produk asal paman sam. Mengingat yang menjadi model adalah band - band line up dari Warped Tour. Kedua brand ini adalah brand asli indonesia dan berasal dari indonesia yang cukup sukses membaca pasar musik ini. Jika kembali mengingat beberapa tahun silam, saya pertama kali mendengar nama Peter say sorry dari top friend band -band pop punk bandung di myspace. Saat itu saya melihat aneh sekali band band lokal tapi merchnya celana jeans yang notabene harganya hampir sama dengan brand - brand denim import. Waktu itu saya mengira nggak mungkin laku tuh merchandise selain karena harganya mahal dan brandnya belom terkenal juga. Tapi setelah beberapa tahun kemudian saya melihat sebuah kolom iklan di majalah AltPress Magz, band asal bandung Rocket Rockers menjadi image iklan produk Peter Say Denim. Saat itu saya mengira itu produk dari amrik karena memang rocket rockers dari tahun 90an sudah di endorse oleh brand skate / streetwear volcom. Iseng - iseng saya googling nama tersebut ternyata Peter say denim juga memakai August Burn red sebagai modelnya, setelah melihat lokasi tokonya ternyata ini adalah brand asal bandung, Indonesia. Wah membanggakan sekali bisa melihat brand asal Indonesia menembus pasar amerika serikat.

Peter Say Denim Alive and Kickin Compilation
Saat itu mungkin psd sudah melihat bahwa animo musik di dunia sedang memuncak dan memprediksi seiring meningkatnya animo bermusik, permintaan produk fashion sebagai pendukung penampilan akan ikut meningkat pula. Mungkin mereka melihat disekitarnya bahwa anak muda indonesia suka menggunakan produk yang ke barat - baratan, ini menjadi motivasi psd untuk mengejar pasar di Amerika dahulu. Terbukti setelah mereka berhasil dengan komunitas AltRock di Amrik, pasar di Indonesia pun langsung tertarik. Untuk memperkuat brandnya PSD melihat bahwa pasarnya yang sebagian besar penikmat / bermain musik alt rock membutuhkan sebuah label rekaman yang dapat mengakomodasi kegiatan bermusiknya. Segera saja mereka membuat sebuah label rekaman, merilis sebuah kompilasi dan melakukan tour 5 kota besar di indonesia.


Hampir sama dengan PSD, crooz merupakan clothing asal jakarta yang sebenarnya saat itu akan segera bangkrut karena mereka belum bisa menentukan bagaimana brandingnya. Mereka hidup dari komunitas band yang cukup besar di jakarta saat itu, saat itu banyak band yang ingin membuat merchandise dengan teknik sablon bagus namun mereka belum tau harus kemana dan harus memasarkannya kemana. Segera saja crooz melihat peluang ini, dan terbukti banyak sekali band yang sudah berkerjasama dan merchandise di produksi oleh crooz. Melihat animo bermusik anak muda yang sangat meluap ini, crooz juga membuat sebuah label rekaman untuk mengakomodasi pasarnya.

Kemungkinan kalau kita melihat CSR dari brand - brand besar yang merangkul ukm, cara membuat label rekaman ini bisa menjadi pilihan yang jitu. Mungkin kalau ada lomba wirausaha lagi, boleh dicoba buat bikin label rekaman ini. hehehe

[Reportase] Wrangler Battle of The Bands

Logo Wrangler Battle of the Bands
Tanggal 19 mei silam sekitaran jalan ketabang surabaya menjadi sangat berisik, bukan karena macetnya area parkir mall Grandcity tapi karena ada hajatan "Battle of The Band" dari brand celana jeans Wrangler. Acara tersebut berlangsung dari siang hingga malam hari dan pada puncak acara diumumkan siapa pemenang dari Battle of the Bands ini. Battle of the Band berlangsung baru tahun ini dan diselenggarakan di 5 kota besar. Untuk mengikuti Battle of The Bands ini mereka cukup mengupload demo lagu mereka ke website prambors radio dan memakai produk Wrangler saat tampil. Sebagai hadiah dari lomba ini mereka memberikan voucher belanja produk wrangler, dan uang tunai. Sekilas acara ini hampir sama dengan festival band milik brand-brand rokok itu, tapi yang berbeda disini look and feelnya sangat alt rock sekali menurut saya. Sesuai dengan konsep brand Wrangler yang rebel dan sangat anak muda saya rasa cocok sekali untuk melakukan sentuhan music branding meskipun mereka tidak mengkhususkan sebagai music outfit.

Crowd Wrangler Battle of The Bands
Wrangler melihat antusiasme bermusik anak muda di Indonesia yang sangat meluap menjadi sebuah peluang yang bisa dimanfaatkan. Yang terjadi saat acara ini akan berlangsung saya melihat anak-anak muda di Surabaya sangat bersemangat dan mereka rela untuk merongoh dompetnya lebih dalam demi membeli produk wrangler. Brand - brand denim besar sepertinya tidak mau kalah dengan maraknya produk dalam negeri yang semakin merajai di negaranya sendiri. Agar tidak tergerus jaman mereka akhirnya perlu untuk merangkul komunitas yang ada di Indonesia. Seperti contohnya Lee Coper yang sudah lebih dulu merangkul komunitas "Pecinta denim (denim heads)" dengan program raw denimnya. Saya yakin Industri musik ini akan semakin menggairahkan dengan adanya 'lahan baru' untuk para pelaku industri musik. :D


Monday, June 4, 2012

[Feature] Dibajak atau Dipromosikan

Sebuah headline website menuliskan "RBT / NSP diberhentikan" saat beberapa waktu silam. Wah, mengagetkan sekali berita ini, karena sebelumnya saya kira rbt benar-benar menjadi lahan yang cukup subur untuk industri musik. Karena mereka tidak perlu untuk memproduksi musik dalam bentuk album yang berkualitas standar industri, cukup satu lagu dan kualitas speaker handphone. Hal ini menurut saya seperti mematikan industri tersebut secara perlahan, karena mereka belum berfikir untuk memposisikan band sebagai brand.

Sekarang coba bandingkan dengan industri musik yang memproduksi musik-musik cutting edge, mereka saya rasa lebih kreatif dalam hal 'jualan'. Tidak perlu berasosiasi dengan warung ayam yang sedikit memaksa saat berjualan, mereka lebih memilih jalan untuk melakukan sharing kepada para fansnya. Banyak sekali musisi yang 'menggratiskan' lagu mereka di download secara legal namun albumnya dalam bentuk CD masih terjual cukup baik. Kenapa begitu? Yep! Semua itu karena loyalitas. Trus muncul pertanyaan 'apa nggak rugi tuh labelnya, kalo bs download gratis dulu?'. Jawabannya ya 'tidak' kalo yang dicari memang loyalitas dari fans, karena menumbuhkan loyalitas bukan seperti mencari followers di twitter, lebih seperti manfaat apa yang bisa diberikan kepada para fans.

Jadi menurut saya harusnya senang kalo lagu banyak beredar di situs-situs sharing file. Namanya bisa jadi banyak dikenal dan awareness meningkat. :D

Tuesday, March 27, 2012

[Review] Bersedekah ala Converse

Converse Made In Music Banner

Siapa yang tidak kenal Brand Sepatu Converse. Mungkin bagi sebagian orang bisa jadi converse adalah sepatu yang wajib dimiliki paling tidak satu pasang seumur hidupnya. Bisa saya pastikan 9 dari 10 anak muda di dunia paling tidak pernah memiliki satu sepatu converse (asli ataupun tiruan). Karena memang begitu kuat positioning converse dimata anak muda. Setiap tahunnya mereka selalu berinovasi terhadap brandingnya. Saat ini converse merangkul 4 sub-kultur anak muda yang memang sangat dekat dengan kehidupan anak muda, yaitu music, skateboard, basketball, dan style.

Mari kita lihat lebih jauh music branding yang dilakukan converse saat ini. Akhir tahun 2011 lalu converse baru saja merilis sebuah campaignnya "Converse Rubber Tracks". Converse Rubber Tracks adalah sebuah program dimana sebuah band bisa mengajukan rekaman selama 1-2hari di studio berkelas professional secara gratis. Wow! Hal ini pasti sangat menarik bagi para band-band yang ingin memproduksi musiknya dengan kualitas professional namun tidak memiliki produser untuk membiayainya. Padahal biaya untuk memproduksi sebuah lagu di studio professional bisa memakan biaya sekitar US$2000 - US$8000. Converse membangun sebuah studio di Brooklyn, NYC dengan peralatan rekaman professional yang berkerja sama dengan Guitar Center. Menurut Goff Cottrill (CEO Marketing Converse) "Converse melakukan hal ini karena ingin berterimakasih kepada para musisi yang senantiasa menggunakan produk mereka hingga menjadi sebuah kultur tersendiri dikalangan musisi". Sangat mulia sekali hal ini jika dilakukan oleh brand-brand besar di negeri kita. Mungkin di Indonesia pernah dilakukan oleh beberapa brand rokok besar, tetapi pada kenyataannya tetap saja mereka membuat ajang kontes yang pada akhirnya berusaha menghilangkan unsur idealis dalam berkaryanya.

Converse Rubber Tracks Logo

Dari sisi strateginya, converse melakukan hal yang tidak jauh berbeda dengan music branding lainnya. Yaitu dengan membuat sebuah komunitas tersendiri. Disini membuat komunitas bukan dalam arti kata mereka mengumpulkan beberapa orang lalu mengorganisir untuk menyukai produknya. Mereka cukup mencari tau sesuatu yang paling digemari oleh target market mereka. Setelah itu mereka meriset apa saja yang menjadi 'Needs' dalam sebuah musik. Disini converse melihat banyak sekali anak muda yang memiliki band / sebuah karya musik tetapi tidak memiliki kesempatan untuk mengembangkannya. Mereka melihat ada beberapa penyebab salah satunya mereka tidak bisa memproduk musiknya dengan kualitas professional karena memang keterbatasan budget. Disinilah converse melihat celah untuk membuat sebuah promosi yang sangat unik.

Dalam "Converse Rubber Track" tidak hanya melakukan recording saja. Mereka membuat sebuah studio update yang secara tidak langsung bisa menjadi menjadi bentuk promosi yang berlanjut. Memiliki studio update sangat menarik karena bisa dinikmati seperti membaca blog dan tentu saja menambah fans dari converse. Sangat efektif sekali bentuk Music Branding seperti ini, tanpa harus seperti memaksa membeli tetapi malah memberi sesuatu kepada fans mereka.






Tuesday, March 6, 2012

[Feature] Branding + Music = Loyal Consumers


Dahulu saat persaingan antar produk / perusahaan di pasar masih sangat minim, sebuah brand bukanlah menjadi hal yang begitu penting. Karena konsumen tidak memiliki banyak pilihan, maka apa yang tersedia di pasar itulah yang dipilih. Tetapi ketika "blue ocean" berubah menjadi "red ocean" sebuah produk / perusahaan harus memiliki brand yang kuat agar diingat oleh konsumennya. Branding merupakan suatu proses untuk menancapkan brand dibenak konsumen, terlebih lagi merubah seorang konsumen menjadi fans yang sangat loyal dengan brand tersebut. Dalam suatu proses branding tidak hanya melakukan promosi semata tetapi disini branding dimulai dari mencari potensi terunik dari sebuah produk / perusahaan dan melakukan strategi komunikasi yang tepat untuk potensi tersebut.



Musik bisa menjadi media yang menarik sebagai proses branding. Semua orang menyukai musik dan musik memiliki penikmat yang loyal terhadap idolanya. Musik bisa membuat komunitas, jika hal ini dilakukan pada sebuah brand maka rand tersebut secara tidak langsung memiliki fans yang loyal dari band / artist tersebut. Banyak sekali brand fashion yang sudah mengadaptasi strategi ini. Contohnya brand sepatu skateboard asal California, Amerika Serikat. Mereka sangat sadar bahwa industri musik yang berkembang sangat pesat saat itu bisa menjadi alat branding yang kuat untuk menancapkan brand dibenak konsumen. Mereka membuat sebuah event Vans Warped Tour yang sampai saat ini menjadi pagelaran musik Rock Alternatif paling bergengsi di dunia. Terbukti brand vans bisa merubah seorang konsumen menjadi loyal fans yang senantiasa membeli produk mereka.